Semakinsadar
saya punya hambatan, semakin besar keinginan saya untuk sekolah” ujar
penyandang tunanetra ini ketika diwawancarai dalam acara kickandy metroTV.
Putra
asli Banka Blitung ini merupakan penyandang tunanetra sejak lahir, ia harus
rela kehilangan penglihatannya karena penyakit glaucoma. Meskipun hidup dalam
keterbatasan fisik Tolhas Damanik tidak pernah berputus asa khususnya dalam
mencapai impiannya, ditambah lagi dorongan motivasi dan keinginan orang tuanya
agar Tolhas Damanik mendapatkan pendidikan yang layak sama dengan anak-anak
lain.
Karena
waktu itu di Bangka Blitung tidak ada SLB (Sekolah Luar Biasa) sejak kecil
Tolhas harus bersekolah di sekolah regular dan harus bisa beradaptasi dengan
system pendidikan yang dirancang untuk orang-orang yang tidak memiliki
keterbatasan penglihatan.
Di
luar dugaan Tolhas mampu menyelesaikan SMP dengan prestasi yang cukup
membanggakan, akan tetapi Tolhas harus kembali mencari SMA karena lembaga
pendidikan yang sebelumnya ia tempati bersekolah hanya ada jenjang pendidikan
mulai dari TK sampai SMP. Pada jenjang SMA Tolhas mulai mendapatkan
diskriminasi karena keterbatasan fisik yang ia miliki, ia dipandang sebelah
mata oleh beberapa siswa, bahkan yang lebih memprihatinkan lagi ia harus di DO
dari sekolah menengah atas tersebut.
Setelah
kejadian tersebut Tolhas dan keluarganya memutuskan berangkat ke jakarta,
disana Tolhas memeriksakan matanya ke dokter, namun sayang dokter yang
menanganinya tidak dapat menjamin kesembuhan matanya. Tolhas mengikuti UMPTN
(Ujian masuk perguruan tinggi negeri) setelah sebelumnya ia mengikuti ujian
persamaan untuk mendapatkan ijazah SMA, dan akhirnya ia diterima di IKIP
Jakarta (sekarang bernama Universitas Negeri Jakarta) jurusan bimbingan dan
konseling.
anak
dari pasangan Usman Damanik dan Sintaria Simatupang ini bergabung dengan
yayasan mitra netra yang merupakan lembaga yang memiliki fisi untuk menciptakan
pendidikan yang inklusif agar para tuna netra juga dapat mengakses pendidikan
sama dengan orang-orang lain dan di yayasan mitra netra tersebut Tolhas
bertugas sebagai konsultan
selepas
sarjana, Tolhas mencoba mencari beasiswa dari luar negeri dengan pertimbangan
di luar negeri aksesibilitas penyandang divable lebih besar mulai dari buku dan
alat-alat pembelajaran yang lengkap, ditambah lagi iklim yang lebih bisa
menerima orang-orang yang memiliki keterbatasan. Tolhas berhasil menerima
beasiswa dari Ford Foundation dan berhasil menyisihkan 6.000 orang pelamar lain
dan sekaligus menjadi satu-satunya penyandang divable yang mendapatkan beasiswa
ford foundation pada waktu itu. Tolhas menyelesaikan program masternya di Ohio
University Amerika Serikat bidang konseling, dan ketika kembali ke tanah air ia
bekerja sebagai konsultan pendidikan pada sebuah lembaga non profit, ia pun
sering diundang sebagai pembicara pada seminar mengenai pendidikan inklusif dan
konseling baik didalam negeri maupun di luar negeri.
Sumber
: Kickandy, Indonesiaproud.
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Tolhas Damanik peraih gelar master konseling dari Ohio University Amerika Serikat ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar