Memandang
sebelah mata karena kekurangan fisik seseorang, menganggap bahwa orang yang
punya kekurangan fisik itu lemah tak berdaya, beranggapan klo penyandang
disabilitas itu tidak bisa apa2 dan hanya bisa merepotkan orang disekitarnya
mungkin sudah menjadi penilaian umum di tengah masyarakat kita khususnya di negeri yang katanya
semboyannya BHINEKA TUNGGAL IKA.
Tapi
sadarkah kita... anggapan2 seperti itu sama halnya meremehkan dan meragukan
akan kekuasaan Allah Sang Maha Segala...
Allah
Maha Sempurna... Allah Mahha Mengetahui... Allah Maha Melihat... Allah Maha
Mendengar... Jadi tidak mungkin Allah menciptakan sesuatu yang tidak
sempurna...
Coba
renungi... Bagaimana perasaan kita
ketika kita membuat sebuah karya seperti
pesawat2 dari kertas lalu ada orang lain yang mencela dan menilai kalau hasil karya kita itu buruk? Tidakkah
kita merasa sedih? Tidakkah kita merasa tersinggung?
Lalu
bagaimana dengan Allah? Tanpa pernah merasa bersalah kita sering menilai buruk
terhadap cipta2an-Nya... kita sering menganggap bahwa cipta2an-Nya yang berbeda
dengan kita itu adalah PRODUK cacat yang tidak bisa apa2, tidak diberi
kesempatan, diragukan, diremehkan bahkan tak jarang kita cela...
Terkadang
saya berpikir di negara yang mengaku sebagai negara yang menghargai perbedaan,
negara yang secara kuantitas adalah negara dengan penduduk yang punya kartu
identitas yang bertuliskan agama Islam terbesar di dunia yang mengajarkan
kepada ummatnya bahwa semua manusia sama dihadapan Allah adalah sama, kenapa
masih lazim digunakan kata2 PENYANDANG CACAT?
Padahal
tentu kita sadari kata2 CACAT adalah punya konotasi negatif... dalam dunia
produksi produk2 yang dinilai CACAT tidak akan dilempar ke pasar dan akan
segera dimusnahkan...
Lalu
masihkah kita menganggap kalau orang2 yang kita nilai punya kekurangan fisik
adalah PENYANDANG cacat? Jika memang benar orang2 yang punya kekurangan fisik
adalah orang2 CACAT, kenapa Allah memberikan kesempatan untuk hidup? Kenapa mereka tidak langsung dimatikan ketika
lahir?
Sebagian
dari kita mungkin berpikir kalau itu semua adalah cobaan dari Allah, tapi yang
perlu kita pahami kalau kekuatan mental dan kesabaran tiap orang itu
berbeda...! Beruntung tentunya teman2 difabel yang bisa bangkit dan punya
motifasi tinggi untuk maju... tapi bagaimana dengan teman2 difabel yang
terpuruk karena penilaian sebelah mata terhadap kekurangan fisik yang mereka
miliki? Salah siapa kalau nantinya
mereka putus asa? Salah siapa kalau nantinya mereka mempertanyakan keadilan
Allah? Salah siapa kalau nantinya mereka
berada di pinggir2 jalan menengadahkan tangan memohon belas kasih dari orang
lain?
Bagi
penyandang difabel batas antara rasa optimis dengan pesimis itu tipis sekali,
bahkan mungkin lebih tipis dari sayap lalat. Jadi jika memang tidak bisa
menjadi motifator bagi mereka, berusahalah untuk tidak menjadi pemicu
kemunculan rasa pesimis mereka...
BHINEKA
TUNGGAL IKA “BERBEDA2 TAPI TETAP SATU TUJUAN” adalah semboyan yang selalu diajarkan kepada siswa2 di sekolah, namun
pada prakteknya semboyan mungkin ini tidak berlaku kepada orang2 yang punya
kekurangan fisik... banyak teman2 difabel yang mendapatkan penolakan di tengah
masyarakat karena kekurangan fisik yang mereka miliki ... sebagian teman2
difabel khususnya teman2 difabel di daerah pelosok harus berjuang keras melawan
penolakan demi penolakan dari lingkungan sekitar mereka, bahkan yang lebih
menyedihkan lagi penolakan itu juga terkadang datang dari dunia pendidikan.
Jadi
teringat sebuah pernyataan dari seorang pendidik dari sebuah sekolah kepadaku sewaktu masa UN SMA “Buat
apa ko sekolah? Kalau mau ko sekolah mestinya cari ko sekolah khusus? Ada di
jawa itu sekolah khusus buat orang buta...” nada bicaranya waktu itu memang
tidak keras, seperti orang menasehati, tapi mengingat pernyataan itu membuatku berpikir “Haruskah setiap
penyandang difabel bersekolah di
sekolah2 khusus? Lalu bagaimana
dengan teman2 difabel yang di
sekitar wilayah tempat tinggalnya tidak
ada lembaga pendidikan khusus untuk penyandang difabel? Haruskah mereka
mengubur mimpi2 mereka, memendam cita2nya hanya karena sesuatu di luar kuasa
mereka?
Tentu
tidakkan...! Sudah banyak sekali teman2 difabel yang membuktikan bahwa
penyandang difabel juga bisa bersekolah di sekolah2 umum ... Kalau memang bisa
bersekolah di sekolah umum kenapa harus masuk sekolah khusus...!
Memang
sih tidak di pungkiri dalam beberapa hal penyandang difabel butuh bantuan dari
teman2 non-difabel, tapi bukan berarti itu semua menunjukkan bahwa penyandang
difabel itu lemah... itu semua sama
halnya dengan teman2 non-difabel yang tentu juga tidak bisa melakukan semuanya
sendiri, teman2 non-difabel pastinya juga butuh bantuan dari orang lain dalam
beberapa hal kan...! Lalu dimana letak perbedaannya? Teman2 difabel juga tidak
ingin selalu merepotkan orang2 sekitarnya, teman2 difabel hanya butuh bantuan
terhadap sesuatu yang memang sangat sulit bagi mereka...
TAK ADA
MANUSIA YANG SEMPURNA... tentu kita semua telah paham dengan itu semua... jadi
masihkah kita menganggap teman2 difabel itu orang2 yang CACAT, orang2 lemah,
orang2 yg tidak bisa apa2? Masihkah teman2 yang non-difabel menganggap dirinya
lebih baik dari teman2 difabel?
Kita
semua punya kesempatan yang sama... kita semua punya hak yang sama...!
PERBEDAAN DIANTARA KITA
ADA UNTUK MEMBUAT KITA SALING MELENGKAPI KEKURANGAN KITA SATU SAMA LAINJika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Kita Semua Sama ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar