السلام عليكم ورحمةالله وبركاته!

Deal with the problem yourself and acknowledge existence of life, but do not let yourself be mastered. Let yourself aware of the situation of education in the form of patience, happiness, and understanding the meaning

Hadapilah masalah hidup dirimu dan akuilah keberadaannya, tetapi jangan biarkan dirimu dikuasainya. Biarkanlah dirimu menyadari adanya pendidikan situasi berupa kesabaran, kebahagiaan, dan pemahaman makna.

Kamis, 21 Juni 2012

Resume ilmu jiwa agama

Oleh : Ahmad Syarif Psikologi agama terdiri dari dua paduan kata, yakni psikologi dan agama. Kedua kata ini mempunyai makna yang berbeda. Psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab. Sedangkan agama memiliki sangkut paut dengan kehidupan batin manusia. Menurut Harun Nasution, agama berasal dari kata Al Din yang berarti undang-undang atau hukum, religi (latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Dan kata agama terdiri dari "a"; tidak, "gama"; pergi yang berarti tetap di tempat atau diwarisi turun menurun. Dari definisi tersebut, psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku, serta keadaaan hidup pada umumnya, selain itu juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut. Jalaludin dalam bukunya Pengantar Ilmu Jiwa Agama, mengatakan bahwa ilmu jiwa agama merangkum dua bidang kajian yang berbeda, yaitu ilmu jiwa dan agama. Meskipun kedua bidang tersebut sama-sama mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan batin seseorang, akan tetapi dari sisi tertentu terdapat perbedaan yang cukup mendasar. Dimana masalah kejiwaan manusia dikaji berdasarkan kajian empiris yang bersifat profan, sedangkan agama sebaliknya mengandung kepercayaan yang di dalamnya terkandung nilai-nilai moral yang sulit untuk dikaji secara empiris. Zakiah Darajat berpendapat bahwa ilmu jiwa agama adalah sebuah ilmu yang mengkaji, meneliti, dan menelaah tentang kehidupan beragama seseorang dan mempelajarinya seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Di samping itu ilmu jiwa agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut. Berikut ini akan dikemukakan beberapa ahli yang mempunyai peranan penting dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan ilmu jiwa agama : 1. Edwin Diller Starbuck Starbuck merupakan murid dari William James, akan tetapi ilmunya tentang Ilmu Jiwa Agama melampaui gurunya. Sehingga dapat dikatakan perhatian James timbul dan berkembang karena hasil karya muridnya. 2. George Albert Coe Dia menggunakan hypotis dalam usahanya untuk mencari hubungan antara reaksi-reaksi agamis dengan watak (temperamen). Bukunya terbit pada tahun 1900 dengan judul “The Spiritual Live”. Dalam bukunya ia menekankan tentang konversi. 3. James H Leuba Pendapatnya pernah dimuat di dalam The Monist vol. XI Januari 1901 dengan judul “Introduction to a Psychological Study of Religion”. Kemudian pada tahun 1912 diterbitkannya buku dengan judul “A Psychological Study of Religion”. 4. Stanley Hall Stanley hall juga menggunakan cara-cara yang sama dengan Leuba dalam menerangkan fakta-fakta agamis, yaitu dengan tafsiran materaialistis. Dalam penelitiannya terhadap remaja-remaja pada tahun 1904, ditemukan persesuaian antara pertumbuhan jiwa agama pada tiap individu, dengan pertumbuhan emosi dan kecenderungan terhadap jenis lain. Maka umur dimana jiwa mulai terbuka untuk cinta, maka pada umur itu pulalah timbul perasaan-perasaan agama yang ekstrim. Pendapat-pendapatnya tersebut terdapat dalam bukunya “Adolescence”, vol II ch. XIV dan “Jesus the Christ”, 1917. 5. William James James berpendapat bahwa seorang ahli jiwa akan dapat meneliti dorongan-dorongan agama pada seseorang seperti mempelajari dorongan-dorongan jiwa lainnya dalam konstruksi pribadi orang tersebut. Hanya saja James menghidangkan bahan-bahan ilmiah yang berharga itu, sekedar bersifat deskriptif saja. 6. George M. Stratton Pada tahun 1911 terbit buku “Psychology of Religious Life” yang ditulis oleh George M. Stratton. Pendapat yang dikemukakannya cukup menarik perhatian, dimana ia berpendapat bahwa sumber agama adalah konflik jiwa dalam diri individu. 7. Fluornoy Pada tahun 1901 Fluornoy berusaha mengumpulkan semua penelitian psikologis yang pernah dilakukan terhadap agama, sehingga dapat disimpulkannya cara-cara dan metode yang harus digunakan dalam meneliti fakta-fakta tersebut. Diantara prinsip-prinsip yang harus digunakan tersebut adalah : a. Menjauhkan penelitian dari Transcendance b. Prinsip mempelajari perkembangan c. Prinsip perbandingan d. Prinsip dinamika 8. James B. Pratt James B Pratt menerbitkan bukunya “The Religious Consciousness” pada tahun 1920. Walaupun sebenarnya ia adalah guru besar dalam ilmu filsafat. 9. Rudolf Otto Di Jerman terbit pula buku “Das Heilige” oleh Rudolf Otto yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tahun 1923. Yang terpenting dalam buku itu adalah pengalaman-pengalaman psikologis dari pengertian kesucian, yang diambilnya sebagai pokok dalam hal ini adalah sembahyang. Buku yang cukup menarik untuk zamannya. 10. Pierre Bovet Pada tahun 1918 ia adalah mahasiswa di Akademi “J.J Rousseou”, bahwa ia mengadakan penelitian terhadap dokumen-dokumen yang ada padanya sehingga hasilnya dikumpulkan dalam suatu buku yang berjudul “Le Sentiment Religieux et la Psychologie de L’Enfart”. Para ahli psikologi membagi perkembangan jiwa keagamaan manusia berdasarkan usia menjadi beberapa tahapan atau priode perkembangan. Secara garis besarnya priode perkembangan itu di bagi menjadi : 1. Masa prenatal 2. Masa bayi 3. Masa kanak-kanak 4. Masa pra pubertas 5. Masa pubertas 6. Masa dewasa 7. Masa usia lanjut. Perkembangan agama pada anak-anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang didapatkannya, terutama pada masa-masa pertumbuhan 0-12 tahun. Seorang anak yang pada usia itu tidak mendapat pendidikan agama dan tidak pula mengalami pengalaman keagamaan, maka ia nanti akan cenderung kepada sifat negative terhadap agama. Seyogyanya agama masuk dalam pribadi anak bersamaan dengan pertumbuhan pribadinya yaitu sejak lahir bahkan lebih dari itu sejak dalam kandungan, karena dalam pengamatan para ahli psikologi terhadap orang-orang yang mengalami kesukaran kejiwaan, tampak bahwa keadaan dan sikap orang tua ketika si anak dalam kandungan telah mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan jiwa anak di kemudian hari. Para ahli psikologi memang belum sepakat mengenai rentang usia remaja, namun dalam bidang agama para ahli psikologi agama menganggap “bahwa kemantapan beragama biasanya tidak akan terjadi sebelum usia 24 tahun”. Jadi dilihat dari sudut pandang agama maka usia remaja berlangsung antara usia 13-24 tahun. Menurut W. Stabuck, pertumbuhan dan perkembangan agama dan tindak lanjut keagamaan remaja sangat berkaitan dengan : 1. Pertumbuhan dan Pikiran Mental Pada masa remaja perkembangan mental dan pemikirannya berkembang kearah berpikir logis. Apa dampaknya terhadap pandangan dan kepercayaannya pada Tuhan? Dampaknya: “Remaja tidak dapat melupakan Tuhan dari segala peristiwa yang terjadi dialam ini, sehingga segala apapun yang terjadi dialam, baik peristiwa alamiah maupun peristiwa sosial dilimpahkan tanggungjawabnya kepada Tuhan”. Misalnya : Ketika remaja melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidakadilan dalam masyarakat, maka mereka akan merasa kecewa terhadap Tuhan, padahal Tuhan Maha Kuasa. Sebaliknya, ketika remaja melihat keindahan alam, keharmonisan dalam segala sesuatu, maka mereka akan menjadi yakin kepada Tuhan, bahwa Tuhan Maha Bijaksana. Dampak dari perkembangan mental/kecerdasarn pada masa remaja terhadap agama adalah : a. Ide dan dasar keyakinan yang diterima remaja dari masa kanak-kanak sudah tidak begitu menarik lagi. b. Remaja sudah mulai kritis terhadap ajaran agama, dengan cara dapat menolak saran-saran yang tidak dapat dimengertinya atau mengkritik pendapat-pendapat yang berlawanan dengan kesimpulan yang diambilnya. c. Remaja menjadi bimbang beragama (efek kecerdasan). d. Remaja menerima ide-ide atau pengertian-pengartian yang abstrak dari tanpa pengertian menjadi menerima dengan penganalisaan. Anak/remaja akan bimbang beragama jika anak/remaja mendapat pendidikan agama dengan cara yang memungkinkan mereka untuk berpikir bebas dan boleh mengkritik hal yang berkaitan dengan agama. Sebaliknya anak/remaja tidak akan bimbang beragama jika anak/remaja mendapat pendidikan agama dengan cara yang tidak memungkinkan mereka untuk berpikir bebas dan boleh mengkritik hal yang berkaitan dengan agama 2. Perasaan Beragama Gelombang kuatnya rasa agama bagi remaja adalah merupakan usaha-usaha remaja untuk menenangkan kegoncangan jiwa yang sewaktu-waktu muncul. Remaja akan melakukan kegiatan beragama pada saat ingin mengurangkan kesedihan, ketakutan, dan rasa penyesalan. 3. Pertimbangan Sosial Dalam kehidupan keagamaan, remaja cenderung dihadapkan pada konflik antara pertimbangan moral dan materil. Terhadap konflik ini remaja cenderung bingung untuk menentukan pilihan. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi cenderung pada pertimbangan lingkungan sosialnya. a. Jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan duniawi/materialitas, maka remaja akan menjadi cenderung jiwanya untuk menjadi materialistis dan jauh dari agama. b. Sebaliknya, jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan yang religious/moralis, maka remaja akan cenderung jiwanya untuk menjadi religious/moralis 4. Perkembangan Moral Pertumbuhan dan perkembangan moral terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan pembiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua. Perkembangannya baru dapat dikatakan mencapai kematangan pada usia remaja. 5. Sikap dan minat Pada masa remaja sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan sangat kecil, namun hal ini masih sangat tergantung pada kebiasaan masa kecil dan lingkungan agama yang mempengaruhi mereka. 6. Ibadah Perkembangan remaja dalam bidang agama juga dipengaruhi oleh pandangan mereka terhadap ibadah. Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki cirri sebagai berikut : 1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan. 2. Cenderung bersifat realitas, sehinggga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku. 3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan. 4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup. 5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas. 6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani. 7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya. 8. Terlihat adanya hubungan antar sikap keberagamaan dengan kehidupan social, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang. Seorang ahli psikologi Lewis Sherril, membagi masalah-masalah keberagamaan pada masa dewasa sebagai berikut : 1. Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan diambildengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan. 2. Masa dewasa tengah, masalah sentaral pada masa ini adalah mencapai pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam membuat keputusan secara konsisten. 3. Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah ‘pasrah’. Pada masa ini, minat dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia tua.
Baca artikel menarik lainnya :
Judul : Resume ilmu jiwa agama; Ditulis oleh Syarif; Rating: 5 dari 5
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Resume ilmu jiwa agama ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belajar Blog dan SEO di trikmudahseo.blogspot.com - Support www.evafashionstore.com