TEKS HADIST
حَدِيثُ
النُّعْمَاَنِ بْنِ بَشِيْرٍ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص.م.
(( تَرَى
الْمُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ، وَتَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، كَمَثَلِ
الجَسَدِ. إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا، تَدَاعَى لَهُ ساَئِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهْرِ وَ
الحُمَّى)). (أخرجه
البخارى)[1]
Hadits An-Nu’man bin Basyir ra. Di
mana ia berkata : “Rasulullah saw. Bersabda : “Kamu melihat kaum mu’minin di
dalam sayang- menyayangi, cinta-mencintai dan lemah lembut di dalam pergaulan
mereka adalah seperti satu badan, di mana jika ada satu anggota yang mengeluh
sakit maka anggota-anggota yang lain ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur
dan demam”.(Dikeluarkan oleh Bukhari).
Hadist diatas
diriwayatkan oleh beberapa perawi hadist diantaranya :
1.
Imam
Bukhori dalam kitab adab, hadits no: 27/2018.
2.
Imam
Muslim dalam kitab birrun (kepatuhan), hadits no: 66
3.
Imam
Ahmad bin Hanbal, dalam musnad Ahmad ibnu Hanbal, juz 4 halaman 270.
Hadist ini
membahas mengenai persaudaraan antar kaum muslim. Kata تَرَاحُمِهِمْ
(saling menyayangi). Maksudnya adalah sesama mukmin harus saling sayang
menyayangi antara mukmin satu dengan mukmin yang lain tanpa ada sebab tertentu
yang membuatnya terpaksa untuk mengasihi.
Kata تَوَادِّهِمْ
(saling mencintai), menjelaskan bahwa seorang mukmin dengan mukmin yang lain
dianjurkan untuk saling mencintai dengan apa yang dia sukai. Dengan mempererat
persaudaraan dapat menimbulkan kecintaan, seperti menjenguk orang sakit,
bersilahturahmi dan lain sebagainya.
Kata تَعَاطُفِهِمْ
(saling tolong-menolong), menjelaskan bahwa manusia (mukmin) dianjurkan untuk
saling tolong-menolong antara satu sama lain, karena manusia (mukmin) tidak
akan bisa hidup tanpa bantuan manusia yang ada disekitarnya.
Selanjutnya
kalimat : كَمَثَلِ الجَسَدِ، إِذَا اشْتَكىَ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ
سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَ الحُمَّى (adalah seperti
satu badan, di mana jika ada satu anggota yang mengeluh sakit maka
anggota-anggota yang lain ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam).
Maksudnya, apabila seseorang mukmin bersedih atau mendapatkan musibah, maka
komunitas mukmin yang lain akan ikut merasakannya
Jika hadist ini
dikaitkan dengan dunia pendidikan, ini mengisyaratkan kita untuk saling berbagi
ilmu pengetahuan. Sebagai seorang saudara tentunya tidak rela jika saudara kita
terjebak dalam kebodohan. Bentuk kasih sayang dan wujud pertolongan kita antar
sesama muslim dapat dibuktikan dengan saling berbagi ilmu pengetahuan.
Dalam dunia
pendidikan setidaknya ada 2 komponen utama yang harus ada, yakni pendidik dan
peserta didik. Seorang pendidik bertanggung jawab untuk membagi ilmunya, dan
seorang peserta didik berkewajiban untuk tekun menuntut ilmu.
Ketika kedua
komponen ini bersinergi dengan baik, akan menciptakan proses pendidikan yang
lancar. Pendidik melaksanakan tugasnya dengan hati yang ikhlas, dan peserta
didik menjalani aktifitasnya dengan sungguh-sungguh. Dengan mempedomani hadist
diatas, seorang pendidik akan sadar bahwa ia harus memberikan pertolongan
kepada orang-orang di sekitarnya dengan ilmu yang ia miliki.
Tak hanya
dibangun di atas dasar asas saling tolong menolong atas sesama muslim,
pendidikan juga harus berlandaskan pada kasih sayang agar proses pendidikan
tidak menjadi ajang penyiksaan yang menjadi momok yang yang menakutkan bagi
peserta didik.
Saat ini
pendidikan tanpa kekerasan telah menjadi wacana yang begitu banyak memancing
pro dan kontra di tengah masyarakat. Sebagian kalangan yang mendukung wacana
tersebut menganggap bahwa kekerasan terhadap siapapun merupakan pelanggaran
yang harus diberi sanksi baik sanksi pidana maupun sanksi sosial. Mereka juga
beranggapan bahwa kekerasan terhadap peserta didik tidak menjadi solusi tapi
justru bisa mendatangkan masalah baru misalnya efek trauma pada peserta didik.
Sedangkan bagi
kalangan yang mendukung pemberian sanksi kekerasan kepada peserta didik
berpandangan bahwa hal tersebut perlu dilakukan agar memberikan efek jera
kepada peserta didik yang melakukan pelanggaran. Selain itu, mereka juga
berpatokan pada pengalaman mereka yang juga pernah mengalami hal yang sama dan
mereka merasa mendapatkan dampak positif pada kehidupan mereka berupa
kesuksesan, kedisiplinan, rasa tanggung jawab dan sebagainya.
Perdebatan
mengenai hal tersebut membuat sebagian pendidik kehilangan pola mendidik karena
bayang-bayang rasa takut akan melanggar aturan akibat melakukan kekerasan. Hal
ini jika terus berlarut-larut akan membuat pendidik menjadi acuh tak acuh
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didiknya.
Pemberian
sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik pada dasarnya
merupakan bentuk kasih sayang dan kepedulian pendidik terhadap peserta
didiknya. Pendidik tidak ingin anak didiknya tersesat dan melakukan kesalahan.
Seorang pendidik ingin anak didiknya menjadi yang terbaik dengan mengamalkan
ilmu sesuai dengan apa yang diajarkan.
Olehnya itu,
seorang pendidik mestinya diberi keleluasan untuk menentukan pola pendidikan
yang menurutnya tepat tanpa dibatasi oleh aturan yang mengekang. Hal ini
tentunya juga berlaku pada cara pemberian sanksi, seorang pendidik semestinya
diberi hak penuh untuk menentukan pemberian sanksi yang tepat kepada peserta
didiknya.
Terkait dengan
ketakutan sebagian kalangan akan efek traumatis yang akan diderita oleh peserta
didik, hal ini dapat diatasi dengan jalan menyeleksi orang-orang yang pantas
menjadi pendidik. Seharusnya dalam proses penyeleksian pendidik harus melalui
tes kejiwaan , agar pendidik yang diamanatkan untuk membina generasi penerus
bangsa adalah orang yang betul-betul tepat.
Tidak hanya
itu, seorang pendidik juga wajib menanamkan dalam hatinya bahwa proses
pendidikan yang ia lakukan harus didasari oleh rasa persaudaraan antar sesama
muslim dengan senantiasa mengedepankan rasa tanggung jawab, kasih sayang dan
prinsip tolong-menolong dalam kebaikan.
KESIMPULAN
Persaudaraan dalam pendidikan
diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab untuk saling berbagi ilmu sesama kaum
muslimin. Selain itu, rasa kasih sayang menjadi pedoman setiap pendidik dalam
melakukan proses pembinaan kepada peserta didik termasuk dalam hal pemberian
sanksi yang pada hakikatnya merupakan bentuk kepedulian seorang pendidik .
Pendidik juga semestinya diberikan
keleluasaan untuk mendesain pola pendidikan yang menurutnya tepat tanpa perlu
dibayang-bayangi oleh ketakutan akan melakukan pelanggaran terhadap aturan.
Aturan yang ada sebaiknya menjadi referensi tersendiri bagi para pendidik dalam
menyusun pola pendidikan yang menurutnya tepat.
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Hadist Tentang Persaudaraan Dalam Ilmu Pengetahuan ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar