السلام عليكم ورحمةالله وبركاته!

Deal with the problem yourself and acknowledge existence of life, but do not let yourself be mastered. Let yourself aware of the situation of education in the form of patience, happiness, and understanding the meaning

Hadapilah masalah hidup dirimu dan akuilah keberadaannya, tetapi jangan biarkan dirimu dikuasainya. Biarkanlah dirimu menyadari adanya pendidikan situasi berupa kesabaran, kebahagiaan, dan pemahaman makna.

Selasa, 07 Februari 2017

Makalah - Al-Kindi & Teori Pemikirannya

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Filsafat merupakan bagian dari hasil kerja berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal dan universal. Sedangkan filsafat Islam itu sendiri adalah hasil pemikiran filosof tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis serta dasar-dasar atau pokok-pokok pemikirannya dikemukakan oleh para filosof Islam.
Ketika filsafat Islam dibicarakan, maka yang terbayang dalam pemahaman kita adalah beberapa tokoh yang disebut sebagai filosof muslim seperti Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Al-Ghazali, dan seterusnya. Kehadiran para tokoh ini memang tidak bisa dihindarkan, tidak saja karena dari merekalah kita dapat mengenal filsafat islam, akan tetapi juga karena pada mereka benih-benih filsafat Islam dikembangkan.
Adapun yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah tokoh filsafat muslim yang bernama, Al-kindi. Alasannya adalah karena tokoh  tersebut merupakan peletak dasar dalam filsafat islam.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan singkat diatas, maka yang akan menjadi fokus utama pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana biografi singkat Al-Kindi?
2.      Bagaimana teori serta pemikiran Al-Kindi?
3.      Bagaimana studi kritis tentang pemikiran Al-Kindi?
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1.      Biografi singkat Al-Kindi.
2.      Teori serta pemikiran Al-Kindi.
3.      Studi kritis tentang pemikiran Al-Kindi.

BAB II
PEMBAHASAN
                                                               
A.    Biografi Singkat Al-Kindi
“Al- Kindi bin Ishaq atau nama legkapnya Al-Kindi bin Abu Yusuf  Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi ialah ilmuan dan filosof besar Islam yang hidup pada masa kekhalifahaan Bani Abbasiyah. Ia lahir pada 809 M dan wafat pada 873 M. Ia masih keturunan suku Kindah, sebuah suku besar di Arab Selatan pada masa sebelum Islam".[1]
Keluarga Al-Kindi adalah keluarga terhormat dengan status sosial tinggi. “Ayahnya pernah menduduki jabatan sebagai gubernur Kufah pada masa Khalifah Al-Mahdi(775-778M) dan Khalifah Ar-Rasyid(786-809M).”[2]
Dunia mengenal Al-Kindi sebagai penggerak dan pengembang ilmu pengetahuan. Hal ini karena karya dan pemikiran Al-Kindi meliputi bidang yang sangat luas dan beragam. Hampir setiap bidang keilmuan, pasti ada karya Al-Kindi yang membahas Atau mengulasnya.
Pada awalnya, Al-Kindi belajar di Bashrah, sebuah kota di Iraq yang menjadi pusat pengetahuan dan pergunulan intelektual dunia, namun demikian ia kemudian menamatkan pendidikannya di Bagdad.Di kota yang kini menjadi Ibu kota Iraq modern tersebut, Al-Kindi berkenalan dengan para pangeran Abbasyiah, seperti Al-Ma’mun dan Al-Mu’tasim. Lalu Al-Kindi diangkat menjadi guru pribadi Ahmad, putra Al-Makmun yang darinya ia memperoleh dukungan kuat untuk melahirkan karya-karya besar dibidang ilmu pengetahuan.
Al-Kindi hidup selama pemerintahan Bani Abbasyiah, yaitu Al-Amin (809-813M), Al-Ma’mun (813-833M), Al-Mu’tasim (833-842M), Al-Watsiq (842-847M), dan Al-Mutawakil (847-851M).
Selama kurun waktu itu, Al-Kindi banyak melahirkan karya dibidang filsafat, matematika (geometri), agama, astronomi, logika dan kedokteran. Diantara karya al-Kindi yang turut meramaikan dunia pengetahuan adalah Risalah fi masail suila anha min ahwal al-kawakib (jawaban dari pertanyaan-pertanayaan planet), risalah fi mathrah asy-syu’a (tentang projeksi sinar), dan risalah fi idhah ‘illat ruju’ al-kawakib (tentang penjelasan sebab gerak ke belakang planet-planet).
Dari sekian banyak ilmu ia sangat menghargai matematika, hal ini disebabkan matematika bagi Al-Kindi, adalah mukadimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukadimah ini sangat penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dahulu menguasai matematika.
Matematika disini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geomeri, dan astronomi. Tetapi yang paling utama dari seluruh cakupan matematika disini adalah ilmu bilangan atau aritmatika karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun.
“Ia adalah filsuf berbangsa Arab dan dipandang sebagai filsuf muslim pertama. Diantara Kelebihan Al-Kindi adalah Menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum muslimin setelah terlebih dahulu meng islamkan pemikiran-pemikiran filsafat Yunani yang ada.”[3]
B.     Teori Pengetahuan dan Pemikiran Al-Kindi
Dalam pengetahuan dan pemikiran Al-kindi terbagi menjadi 2 yaitu:
1.      Konsep Etika
Dalam hal ini etika Al-Kindi berhubungan erat dengan definisi mengenai filsafat atau cita filsafat. “Filsafat adalah upaya meneladani perbuatan-perbuatan Tuhan sejauh dapat dijangkau oleh kemampuan manusia.”[4] Yang dimaksud dengan definisi ini ialah agar manusia memiliki keutamaan yang sempurna, juga diberi definisi yaitu sebagai latihan untuk mati. Yang dimaksud ialah mematikan hawa nafsu, dengan jalan mematikan hawa nafsu itu untuk memperoleh keutamaan. Kenikmatan hidup lahiriah adalah keburukan. Bekerja untuk memperoleh kenikmatan lahiriah berarti meningggalkan penggunaan akal.
2.      Talfiq (Integrasi Agama dengan Filsafat)
Al-Kindi berusaha memadukan (talfiq) antara agama dan filsafat. Menurutya filsafat adalah pengetahuan yang benar (knowledge of truth). Al-Qur’an yang membawa argumen-argumen yang lebih meyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan oleh filsafat.
Karena itu mempelajari filsafat dan berfilsafat tidak dilarang bahkan teologi bagian dari filsafat, sedangkan umat Islam diwajibkan mempelajari teologi. Bertemunya agama dan filsafat dalam kebenaran dan kebaikan sekaligus menjadi tujuan  dari keduanya. Agama disamping wahyu mempergunakan akal, dan filsafat juga mempergunakan akal.
Yang benar pertama bagi Al-Kindi ialah Tuhan. Filsafat dengan demikian membahas tentang Tuhan dan agama ini pulalah dasarnya. Filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang Tuhan.
Dengan demikian, orang yang menolak filsafat maka orang itu menurut Al-Kindi telah mengingkari kebenaran, kendatipun ia menganggap dirinya paling benar. Disamping itu, karena pengetahuan tentang kebenaran termasuk pengetahuan tentang Tuhan, tentang ke-Esaan-Nya, tentang apa yang baik dan berguna, dan juga sebagai alat untuk berpegang teguh kepadanya dan untuk menghindari hal-hal sebaliknya.
Kita harus menyambut dengan gembira kebenaran dari manapun datangnya. Sebab, tidak ada yang lebih berharga bagi para pencari kebenaran daripada kebenaran itu sendiri.
Karena itu tidak wajar merendahkan dan meremehkan orang yang mengatakan dan mengajarkannya. Tidak ada seorang pun akan rendah dengan sebab kebenaran, sebaliknya semua orang akan menjadi mulia karena kebenaran. Jika diibaratkan maka orang yang mengingkari kebenaran tersebut tidak beda dengan orang yang memperdagangkan agama, dan pada akikatnya orang itu tidak lagi beragama.
C.    Studi Kritis Pemikiran Al-Kindi
Sejarah filsafat yang berkembang di dunia Islam tidak bisa dilepaskan dari perkembangan aliran kalam di tengah-tengah kaum muslimin, terutama pada masa ke khilafahan Abbasiyah. Al-Kindi merupakan filosof muslim yang hidup pada zaman khalifah Al-Ma’mun dan Al-Mu’tasim, dimana pemikiran Mu’tazilah berkembang secara pesat waktu itu. Sehingga amat wajar jika pemikiran Al-Kindi merupakan kelanjutan dari cara berfikir dari rumusan logika yang merupakan pengaruh filsafat yunani dalam metode berfikir.
Namun al-Kindi telah memfokuskan kajiannya lebih mengarah pada filsafat daripada sekedar masalah teologis sebagaimana gagasan para ulama mutakallimin. Oleh karena itu ia disebut sebagai filosof pertama di dunia Islam yang membuka jalan atas derasnya pengaruh-pengaruh filsafat Yunani memasuki pemikiran para pemikir muslim kala itu.
Pada bagian ini penulis hanya membatasi kajian mengenai pemikiran Al-Kindi seputar masalah ketuhanan, disebabkan topik yang menjadi titik tekan adalah menyangkut masalah pemikiran Islam.
Jika kita mencermati pemikiran Al-Kindi mengenai keberadaan Tuhan maka kesimpulannya tidak jauh beda dari apa yang digagas oleh ulama mutakallimin. Ia masih membuktikan keberadaan Tuhan melalui metode pengamatan yang bersifat inderawi yaitu dengan baharunya alam dan keteraturannya. Namun pada argumentasi mengenai ke anekaragaman alam untuk membuktikan keberadaan Tuhan sangat nampak pemanfaatan logika mantiknya.
Misalnya dengan proposisi bahwa : Sang khalik adalah zat yang tidak sama dengan makhluknya, sedangkan alam semesta yang sifatnya beraneka ragam adalah makhluk. Dengan demikian Tuhan tidak mungkin beraneka ragam sebagaimana makhluknya. Berdasarkan logika mantik tersebut Al-Kindi menyusun argumentasinya bahwa keanekaragaman mesti selalu ada bersama keseragaman, dan itu tidak mungkin terjadi karena kebetulan namun karena sebab lain. Sebab lain itulah yang ia maksud adalah Tuhan.
Sesungguhnya akal pikiran manusia hanya bisa berfungsi melaui metode pengamatan terhadap fakta-fakta yang terindera ataupun melalui informasi akurat yang menjamin kepastiannya. Pada hal-hal yang tidak dapat di amati secara inderawi maupun tidak ada informasi pasti yang membicakannya maka hal yang demikian merupakan diluar jangkauan akal.
Apa yang di gagas tentang keberadaan Tuhan oleh al-Kindi dengan bukti baharunya alam memang merupakan hal yang dapat dijangkau oleh setiap manusia. Sebagaimana argumentasi orang-orang arab bahwa tidak akan ada kotoran unta jika tidak ada untanya.
Namun ketika ia melampaui batas jangkauan akal dengan mencoba membahas subtansi zat Tuhan bahwa Tuhan tidak berubah ataupun tidak bergerak dengan alasan bahwa gerak hanya dimiliki oleh makhluknya, sementara Tuhan tidak sama dengan makhluknya, maka menurut hemat penulis ia hanya menyimpulkan demikian berdasarkan rumusan logika mantik, bukan berdasarkan pengamatan inderawi dan juga tidak ada keterangan sedikitpun mengenai dzat Tuhan tersebut.
Oleh karena itu sesungguhnya hal yang demikian bukan hasil dari pemikiran berdasarkan akal dengan keterbatasannya, namun tidak lebih hanya sekedar spekulasi atau imajinasi yang didasarkan pada rumusan logika sebagai justifikasinya.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pada paparan singkat makalah ini, maka yang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Al-Kindi dikenal sebagai filsuf pertama dalam Islam dikarenakan beberapa karya beliau yang berusaha menyatukan  antara pemikiran filsuf Yunani dan pemikiran Islam. Beliau hidup pada masa pemerintahan Khalifah Bani Abbasiyah. Keluarga Al-Kindi merupakan keluarga terhormat yang masih keturunan dari Suku Kinder. Beliau banyak menuntut ilmu di Basrah dan Bagdad yang kini telah menjadi ibu kota Iraq. Karya-karya beliau banyak membahas tentang filsafat, matematika (geometri), agama, astronomi, logika dan kedokteran.
2.      Teori pengetahuan dan pemikiran Al-Kindi banyak membahas mengenai konsep etika dan perpaduan antara filsafat dan agama.
3.      Al-Kindi merupakan filsuf yang hidup pada masa kejayaan paham Mu’tazilah yang dikenal sebagai paham teologi Islam yang rasionalis. Kenyataan ini menjadi salah satu faktor pendukung berkembangnya teori pemikiran Al-Kindi. Dalam hal teologi sendiri khususnya mengenai ketuhanan, Al-Kindi berpendapat tidak jauh berbeda dengan para ulama Mutakallimin yang membuktikan keberadaan Tuhan melalui metode yang bersifat inderawi dan memanfaatkan logika mantik.

DAFTAR PUSTAKA

Basyir, Ahmad Azar. 1994. Refleksi Atas Persoalan Keislaman: Seputar Filsafat, Hukum, Politik dan Ekonomi. Bandung: Mizan.

Fuaidah, Tunas. 2000. Konsep Etika Menurut Para Filosof Muslim. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Hamdi, Ahmad Sainul. 2004. Tujuh Filsuf Muslim Pembuka Pintu Gerbang Filsafat Barat Modern. Cet. Ke-I. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

Tim Kajian Keislaman Nurul Ilmi. 2012. Buku Terlengkap Agama Islam. Jakarta: Citra Risalah.


[1] Tim Kajian Keislaman Nurul Ilmi, Buku Terlengkap Agama Islam (Jakarta: Citra Risalah, 2012), h. 98
[2] Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman: Seputar Filsafat, Hukum, Politik dan Ekonomi (Bandung: Mizan, 1994), h. 79
[3] Ahmad Sainul Hamdi, Tujuh Filsuf Muslim Pembuka Pintu Gerbang Filsafat Barat Modern (Cet. Ke-I; Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004), h. 47
[4] Tunas Fuaidah, Konsep Etika Menurut Para Filosof Muslim (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 2000), h. 15
Baca artikel menarik lainnya :
Judul : Makalah - Al-Kindi & Teori Pemikirannya; Ditulis oleh Syarif; Rating: 5 dari 5
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Makalah - Al-Kindi & Teori Pemikirannya ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belajar Blog dan SEO di trikmudahseo.blogspot.com - Support www.evafashionstore.com