BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Filsafat merupakan bagian
dari hasil kerja berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara
sistematis, radikal dan universal. Sedangkan filsafat Islam itu sendiri adalah
hasil pemikiran filosof tentang ketuhanan, kenabian, manusia dan alam yang
disinari ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis
serta dasar-dasar atau pokok-pokok pemikirannya dikemukakan oleh para filosof
Islam.
Ketika filsafat Islam
dibicarakan, maka yang terbayang dalam pemahaman kita adalah beberapa tokoh
yang disebut sebagai filosof muslim seperti Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi,
Ibnu Rusyd, Al-Ghazali, dan seterusnya. Kehadiran para tokoh ini memang tidak
bisa dihindarkan, tidak saja karena dari merekalah kita dapat mengenal filsafat
islam, akan tetapi juga karena pada mereka benih-benih filsafat Islam
dikembangkan.
Adapun yang akan dibahas di
dalam makalah ini adalah tokoh filsafat muslim yang bernama, Al-kindi.
Alasannya adalah karena tokoh tersebut merupakan peletak dasar dalam
filsafat islam.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan paparan singkat
diatas, maka yang akan menjadi fokus utama pembahasan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1.
Bagaimana
biografi singkat Al-Kindi?
2.
Bagaimana
teori serta pemikiran Al-Kindi?
3.
Bagaimana
studi kritis tentang pemikiran Al-Kindi?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1.
Biografi
singkat Al-Kindi.
2.
Teori serta
pemikiran Al-Kindi.
3.
Studi
kritis tentang pemikiran Al-Kindi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi
Singkat Al-Kindi
“Al- Kindi bin Ishaq atau
nama legkapnya Al-Kindi bin Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi ialah
ilmuan dan filosof besar Islam yang hidup pada masa kekhalifahaan Bani
Abbasiyah. Ia lahir pada 809 M dan wafat pada 873 M. Ia masih keturunan suku
Kindah, sebuah suku besar di Arab Selatan pada masa sebelum Islam".[1]
Keluarga Al-Kindi adalah
keluarga terhormat dengan status sosial tinggi. “Ayahnya pernah menduduki
jabatan sebagai gubernur Kufah pada masa Khalifah Al-Mahdi(775-778M) dan
Khalifah Ar-Rasyid(786-809M).”[2]
Dunia mengenal Al-Kindi
sebagai penggerak dan pengembang ilmu pengetahuan. Hal ini karena karya dan
pemikiran Al-Kindi meliputi bidang yang sangat luas dan beragam. Hampir setiap
bidang keilmuan, pasti ada karya Al-Kindi yang membahas Atau mengulasnya.
Pada awalnya, Al-Kindi
belajar di Bashrah, sebuah kota di Iraq yang menjadi pusat pengetahuan dan
pergunulan intelektual dunia, namun demikian ia kemudian menamatkan
pendidikannya di Bagdad.Di kota yang kini menjadi Ibu kota Iraq modern
tersebut, Al-Kindi berkenalan dengan para pangeran Abbasyiah, seperti Al-Ma’mun
dan Al-Mu’tasim. Lalu Al-Kindi diangkat menjadi guru pribadi Ahmad, putra
Al-Makmun yang darinya ia memperoleh dukungan kuat untuk melahirkan karya-karya
besar dibidang ilmu pengetahuan.
Al-Kindi hidup selama
pemerintahan Bani Abbasyiah, yaitu Al-Amin (809-813M), Al-Ma’mun (813-833M),
Al-Mu’tasim (833-842M), Al-Watsiq (842-847M), dan Al-Mutawakil (847-851M).
Selama kurun waktu itu,
Al-Kindi banyak melahirkan karya dibidang filsafat, matematika (geometri),
agama, astronomi, logika dan kedokteran. Diantara karya al-Kindi yang turut
meramaikan dunia pengetahuan adalah Risalah fi masail suila anha min ahwal
al-kawakib (jawaban dari pertanyaan-pertanayaan planet), risalah fi mathrah
asy-syu’a (tentang projeksi sinar), dan risalah fi idhah ‘illat ruju’
al-kawakib (tentang penjelasan sebab gerak ke belakang planet-planet).
Dari sekian banyak ilmu ia
sangat menghargai matematika, hal ini disebabkan matematika bagi Al-Kindi,
adalah mukadimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukadimah ini
sangat penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian
dalam filsafat tanpa terlebih dahulu menguasai matematika.
Matematika disini meliputi
ilmu tentang bilangan, harmoni, geomeri, dan astronomi. Tetapi yang paling
utama dari seluruh cakupan matematika disini adalah ilmu bilangan atau
aritmatika karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun.
“Ia adalah filsuf berbangsa
Arab dan dipandang sebagai filsuf muslim pertama. Diantara Kelebihan Al-Kindi
adalah Menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum muslimin setelah terlebih
dahulu meng islamkan pemikiran-pemikiran filsafat Yunani yang ada.”[3]
B. Teori
Pengetahuan dan Pemikiran Al-Kindi
Dalam pengetahuan
dan pemikiran Al-kindi terbagi menjadi 2 yaitu:
1.
Konsep
Etika
Dalam hal ini etika Al-Kindi
berhubungan erat dengan definisi mengenai filsafat atau cita filsafat. “Filsafat
adalah upaya meneladani perbuatan-perbuatan Tuhan sejauh dapat dijangkau oleh
kemampuan manusia.”[4] Yang dimaksud dengan definisi ini ialah agar
manusia memiliki keutamaan yang sempurna, juga diberi definisi yaitu sebagai
latihan untuk mati. Yang dimaksud ialah mematikan hawa nafsu, dengan jalan
mematikan hawa nafsu itu untuk memperoleh keutamaan. Kenikmatan hidup lahiriah
adalah keburukan. Bekerja untuk memperoleh kenikmatan lahiriah berarti
meningggalkan penggunaan akal.
2.
Talfiq
(Integrasi Agama dengan Filsafat)
Al-Kindi berusaha memadukan
(talfiq) antara agama dan filsafat. Menurutya filsafat adalah pengetahuan yang
benar (knowledge of truth). Al-Qur’an yang membawa argumen-argumen yang lebih
meyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang
dihasilkan oleh filsafat.
Karena itu mempelajari
filsafat dan berfilsafat tidak dilarang bahkan teologi bagian dari filsafat,
sedangkan umat Islam diwajibkan mempelajari teologi. Bertemunya agama dan
filsafat dalam kebenaran dan kebaikan sekaligus menjadi tujuan dari
keduanya. Agama disamping wahyu mempergunakan akal, dan filsafat juga
mempergunakan akal.
Yang benar pertama bagi
Al-Kindi ialah Tuhan. Filsafat dengan demikian membahas tentang Tuhan dan agama
ini pulalah dasarnya. Filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang Tuhan.
Dengan demikian, orang yang
menolak filsafat maka orang itu menurut Al-Kindi telah mengingkari kebenaran,
kendatipun ia menganggap dirinya paling benar. Disamping itu, karena
pengetahuan tentang kebenaran termasuk pengetahuan tentang Tuhan, tentang
ke-Esaan-Nya, tentang apa yang baik dan berguna, dan juga sebagai alat untuk
berpegang teguh kepadanya dan untuk menghindari hal-hal sebaliknya.
Kita harus menyambut dengan
gembira kebenaran dari manapun datangnya. Sebab, tidak ada yang lebih berharga
bagi para pencari kebenaran daripada kebenaran itu sendiri.
Karena itu tidak wajar
merendahkan dan meremehkan orang yang mengatakan dan mengajarkannya. Tidak ada
seorang pun akan rendah dengan sebab kebenaran, sebaliknya semua orang akan
menjadi mulia karena kebenaran. Jika diibaratkan maka orang yang mengingkari
kebenaran tersebut tidak beda dengan orang yang memperdagangkan agama, dan pada
akikatnya orang itu tidak lagi beragama.
C. Studi
Kritis Pemikiran Al-Kindi
Sejarah filsafat yang
berkembang di dunia Islam tidak bisa dilepaskan dari perkembangan aliran kalam
di tengah-tengah kaum muslimin, terutama pada masa ke khilafahan Abbasiyah.
Al-Kindi merupakan filosof muslim yang hidup pada zaman khalifah Al-Ma’mun dan
Al-Mu’tasim, dimana pemikiran Mu’tazilah berkembang secara pesat waktu itu.
Sehingga amat wajar jika pemikiran Al-Kindi merupakan kelanjutan dari cara
berfikir dari rumusan logika yang merupakan pengaruh filsafat yunani dalam
metode berfikir.
Namun al-Kindi telah
memfokuskan kajiannya lebih mengarah pada filsafat daripada sekedar masalah
teologis sebagaimana gagasan para ulama mutakallimin. Oleh karena itu ia
disebut sebagai filosof pertama di dunia Islam yang membuka jalan atas derasnya
pengaruh-pengaruh filsafat Yunani memasuki pemikiran para pemikir muslim kala
itu.
Pada bagian ini penulis hanya
membatasi kajian mengenai pemikiran Al-Kindi seputar masalah ketuhanan,
disebabkan topik yang menjadi titik tekan adalah menyangkut masalah pemikiran
Islam.
Jika kita mencermati
pemikiran Al-Kindi mengenai keberadaan Tuhan maka kesimpulannya tidak jauh beda
dari apa yang digagas oleh ulama mutakallimin. Ia masih membuktikan keberadaan
Tuhan melalui metode pengamatan yang bersifat inderawi yaitu dengan baharunya
alam dan keteraturannya. Namun pada argumentasi mengenai ke anekaragaman alam
untuk membuktikan keberadaan Tuhan sangat nampak pemanfaatan logika mantiknya.
Misalnya dengan proposisi
bahwa : Sang khalik adalah zat yang tidak sama dengan makhluknya, sedangkan
alam semesta yang sifatnya beraneka ragam adalah makhluk. Dengan demikian Tuhan
tidak mungkin beraneka ragam sebagaimana makhluknya. Berdasarkan logika mantik
tersebut Al-Kindi menyusun argumentasinya bahwa keanekaragaman mesti selalu ada
bersama keseragaman, dan itu tidak mungkin terjadi karena kebetulan namun
karena sebab lain. Sebab lain itulah yang ia maksud adalah Tuhan.
Sesungguhnya akal pikiran
manusia hanya bisa berfungsi melaui metode pengamatan terhadap fakta-fakta yang
terindera ataupun melalui informasi akurat yang menjamin kepastiannya. Pada
hal-hal yang tidak dapat di amati secara inderawi maupun tidak ada informasi
pasti yang membicakannya maka hal yang demikian merupakan diluar jangkauan
akal.
Apa yang di gagas tentang
keberadaan Tuhan oleh al-Kindi dengan bukti baharunya alam memang merupakan hal
yang dapat dijangkau oleh setiap manusia. Sebagaimana argumentasi orang-orang
arab bahwa tidak akan ada kotoran unta jika tidak ada untanya.
Namun ketika ia melampaui
batas jangkauan akal dengan mencoba membahas subtansi zat Tuhan bahwa Tuhan
tidak berubah ataupun tidak bergerak dengan alasan bahwa gerak hanya dimiliki
oleh makhluknya, sementara Tuhan tidak sama dengan makhluknya, maka menurut
hemat penulis ia hanya menyimpulkan demikian berdasarkan rumusan logika mantik,
bukan berdasarkan pengamatan inderawi dan juga tidak ada keterangan sedikitpun
mengenai dzat Tuhan tersebut.
Oleh karena itu sesungguhnya
hal yang demikian bukan hasil dari pemikiran berdasarkan akal dengan
keterbatasannya, namun tidak lebih hanya sekedar spekulasi atau imajinasi yang
didasarkan pada rumusan logika sebagai justifikasinya.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pada paparan
singkat makalah ini, maka yang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Al-Kindi
dikenal sebagai filsuf pertama dalam Islam dikarenakan beberapa karya beliau
yang berusaha menyatukan antara
pemikiran filsuf Yunani dan pemikiran Islam. Beliau hidup pada masa
pemerintahan Khalifah Bani Abbasiyah. Keluarga Al-Kindi merupakan keluarga
terhormat yang masih keturunan dari Suku Kinder. Beliau banyak menuntut ilmu di
Basrah dan Bagdad yang kini telah menjadi ibu kota Iraq. Karya-karya beliau
banyak membahas tentang filsafat, matematika (geometri), agama, astronomi,
logika dan kedokteran.
2.
Teori
pengetahuan dan pemikiran Al-Kindi banyak membahas mengenai konsep etika dan
perpaduan antara filsafat dan agama.
3.
Al-Kindi
merupakan filsuf yang hidup pada masa kejayaan paham Mu’tazilah yang dikenal
sebagai paham teologi Islam yang rasionalis. Kenyataan ini menjadi salah satu
faktor pendukung berkembangnya teori pemikiran Al-Kindi. Dalam hal teologi
sendiri khususnya mengenai ketuhanan, Al-Kindi berpendapat tidak jauh berbeda
dengan para ulama Mutakallimin yang membuktikan keberadaan Tuhan melalui metode
yang bersifat inderawi dan memanfaatkan logika mantik.
DAFTAR PUSTAKA
Basyir, Ahmad Azar. 1994.
Refleksi Atas Persoalan Keislaman: Seputar Filsafat, Hukum, Politik dan
Ekonomi. Bandung: Mizan.
Fuaidah, Tunas. 2000. Konsep Etika Menurut Para Filosof Muslim.
Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Hamdi, Ahmad Sainul. 2004. Tujuh Filsuf Muslim Pembuka Pintu Gerbang
Filsafat Barat Modern. Cet. Ke-I.
Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
[1] Tim Kajian Keislaman Nurul Ilmi, Buku Terlengkap Agama Islam (Jakarta:
Citra Risalah, 2012), h. 98
[2] Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan Keislaman: Seputar Filsafat, Hukum, Politik dan
Ekonomi (Bandung: Mizan, 1994), h. 79
[3] Ahmad Sainul Hamdi, Tujuh Filsuf Muslim Pembuka Pintu Gerbang Filsafat Barat Modern
(Cet. Ke-I; Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004), h. 47
[4] Tunas Fuaidah, Konsep Etika Menurut Para Filosof Muslim (Jakarta: Pustaka
Al-Husna, 2000), h. 15
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Makalah - Al-Kindi & Teori Pemikirannya ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar