Aliran ini didirikan oleh Abu Hasan Al Asy’ari, nama lengkap beliau adalah Abu Hasan Ali bin Isma’ il bin Abi Basyar Ishaq bin
Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa
bin Bilal bin Abi Burdah Amir bin Abu Musa Al Asy’ari.
Sebelum mendirikan aliranAsy’ariyah, Abu Hasan merupakan seorang penganut
Mu’tazilah yang sangat menguasai ajaran-ajaran mu’tazilah.
Banyak sumber yang menjelaskan latar belakang keluarnya Abu Hasan dari paham Mu’tazillah
diantaranya :
Sumber pertama memberitakan bahwa Al Asy’ari mengalami pergolakan batin yang berakhir
pada keputusan untuk keluar dari aliran Mu’tazilah.
Sumber kedua menceritakan Terjadinya
perdebatan antara Al Asy’ari dengan Al Jubbi (seorang tokoh pembesar
Mu’tazilah) yang merupakan guru dan sekaligus ayah tirinya, namun pada akhirnya
Al Jubbi tidak dapat menjawab pertanyaan dari Al Asy’ari.
Sumber lain menjelaskan bahwa pada bulan Ramadhan Al Asy’ari bermimpi
bertemu Rasulullah SAW dan
memberitahukan kepadanya bahwa mazhab Ahlul Hadits yang benar, setelah itu ia
merenung selama 15 hari yang membuatnya mantap keluar dari aliran Mu’tazilah.
Berikut ini adalah ajaran-ajaran pokok dari aliran Asy’ariyah :
1.
Tentang sifat
Allah.
Asy’ariyah berpendapat bahwa Allah memiliki
sifat-sifat tertentu, misalnya
Allah mengetahui sesuatu dengan
sifat ilmu-Nya bukan dzat-Nya, begitu pula Allah berkuasa dengan sifat kudrah-Nya bukan dengan
dzat-Nya.
2.
Dalil adanya
Allah.
Menurut Asy’ariyah manusia wajib percaya akan adanya Allah, karena hal
tersebut telah diperintahkan oleh Allah dan ditangkap oleh akal, dalam hal ini
Al Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan dan akal adalah instrumennya.
3.
kekuasaan Allah
dan perbuatan manusia.
Dalam hal ini Asy’ariyah sependapat dengan aliran Jabariyah, meskipun sebelumnya
Asy’ariyah mengambil jalan tengah antara pendapat Jabariyah dan
Mu’tazilah. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu Asy’ariyah menjatuhkan pilihannya kepada pendapat Jabariyah
bahwa manusia memiliki kemampuan mewujudkan perbuatannya.
4.
Melihat Allah di akhirat.
Asy’ariyah berpendapat bahwa kita dapat melihat Allah di akhirat, alasannya
sifat-sifat yang tidak dapat diberikan Allah hanyalah sifat-sifat yang mengarah
kepada pengertian mengenai penciptaan Allah,
sedangkan sifat melihat Allah di akhirat tidak mengarah kepada
pengertian penciptaan Allah karena apa yang dapat dilihat tidak mesti mengandung pengertian penciptaanya.
5.
Kedudukan Al Qur’an.
Menurut Asy’ariyah Al Qur’an merupakan manifestasi dari kalam Allah yang qadim dan tidak diciptakan, sebab
jika Al Qur’an diciptakan diperlukan kata kun yang tidak akan ada habisnya.
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Aliran Asy’ariyah ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya
longchamp outlet
BalasHapuscheap jordans
ugg boots
ugg boots
cheap jordans
oakley sunglasses
gucci outlet
longchamp handbags
lebron james shoes 2016
adidas nmd
2016923caiyan