BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam Islam, banyak dalil-dalil baik dalam Al-Qur’an maupun hadist yang
menunjukkan betapa pentingnya kedudukan ilmu dalam Islam. Hal ini menjadi dasar
betapa diperhatikannya aspek pendidikan dalam Islam.
Dalam Islam pendidikan merupakan kewajiban bagi
setiap muslim baik muslim laki-laki maupun muslim perempuan. Tak hanya itu,
wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah Muhammad SAW di Gua Hira adalah
perintah membaca yang tentunya begitu lekat dengan dunia pendidikan.
Islam juga begitu menekankan kepada ummatnya
bahwa pendidikan yang baik merupakan kunci kesuksesan baik kesuksesan di dunia
maupun kesuksesan di akhirat. Olehnya itu proses pendidikan dianjurkan dimulai
bahkan sebelum seseorang menjadi orang tua.
Berdasarkan penjelasan singkat diatas, maka
kami tertarik mengangkat sebuah topik pembahasan tentang konsep pendidikan
dalam Islam yang kami tuangkan dalam karya tulis ini.
B.
Rumusan Masalah
Dari paparan singkat yang telah diuraikan
sebelumnya, maka yang menjadi fokus utama pembahasan makalah kami ini adalah :
1.
Bagaimana pengertian dan
hakikat pendidikan Islam?
2.
Bagaimana fungsi pendidikan
Islam?
3.
Apa dasar dan tujuan
pendidikan Islam?
4.
Bagaimana materi yang menjadi
isi pendidikan Islam?
5.
Bagaimana idiologi pendidikan
Islam?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah kami ini
adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1.
Pengertian dan hakikat pendidikan
Islam.
2.
Fungsi pendidikan Islam.
3.
Dasar dan tujuan pendidikan
Islam.
4.
Materi yang menjadi isi
pendidikan Islam.
5.
Idiologi pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian & Hakikat Pendidikan Islam
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang
pendidikan Islam, diantaranya menurut Amran Muliono yang menyatakan bahwa “pendidikan Islam
adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai
tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur
dengan rapi, perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja dan manis tutur
sapanya.”[1]
Sedang Ahmad Dimas M, memberikan pengertian
bahwa “pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan
hukum-hukum islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.”[2]
Sedangkan menurut Muhammad Irwan Susilo, “pendidikan
Islam adalah suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada
metode dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses
dan kandungan pendidikan tersebut.”[3]
Jadi definisi pendidikan Islam adalah,
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri
manusia, tentang tempat- tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan
yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada
term al-tarbuyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari keriga istilah tersebut term
yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah.
Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan. Padalah kedua
istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.[4]
1.
Tarbiyah
Penggunaan istilah
al-Tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiliki arti, akan
tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat,
mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.
Menurut Syekh Ali dalam Maragustan, kata rabba memiliki arti yang
banyak yakni merawat, mendidik, memimpin, mengumpulkan, menjaga, memperbaiki,
mengembangkan, dan sebagainya. Jadi makna tarbiyah adalah merawat dan
memperhatikan pertumbuhan anak, sehingga anak tersebut tumbuh dengan sempurna
sebagaimana yang lainnya, yaitu sebuah kesempurnaan dalam setiap dimensi
dirinya, badan (kinestetik), roh, akal, kehendak, dan lain sebagainya.[5]
Hal ini mengisyaratkan bahwa
proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Islam
adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai pendidik seluruh
ciptaan-Nya, termasuk manusia.
2.
Taklim
Istilah al-Ta’lim telah
digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan islam. Menurut para ahli,
kata ini lebih bersifat universal dibanding dengan al-Tarbiyah maupun
al-Ta’dib. Al-Ta’lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada
jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.
3.
Al-Ta’dib
Istilah ini mencakup unsur-unsur pengetahuan
(‘ilm), pengajaran (taklim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Istilah takdib
dapat mencakup beberapa aspek yang menjadi hakikat pendidikan yang saling
berkait, seperti ‘ilm (ilmu), ‘adl (keadilan), hikmah (kebajikan), ‘aml
(tindakan), haqq (kebenaran), natq (nalar) nafs (jiwa), qalb (hati), ‘aql
(akal), maratib dan derajat (tatanan hirarkis), ayah (simbol), dan adb (adab).
Sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang tempat-tempat yang tepat
dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal
ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam
tatanan wujud dan kepribadian.
Makna Al-ta’dib berarti pengenalan dan
pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia
(peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam
tatanan penciptaan.
B.
Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi pendidikan islam secara mikro sudah
jelas yaitu memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya insan yang ada
pada subyek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma
islam. Atau dengan istilah lazim digunakan yaitu menuju kepribadian muslim.
Lebih lanjut secara makro, fungsi pendidikan
islam dapat ditinjau dari feomena yang muncul dalam perkambangan peradaban
manusia, dengan asumsi bahwa peradaban manusia senantiasa tumbuh dan berkembang
melalui pendidikan.
“Menurut pandangan pendidikan islam, fungsi
pendidikan itu bukanlah sekedar mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan otak
peserta didik, tetapi juga menyelamatkan fitrahnya.”[6]
Oleh karena itu fungsi pendidikan dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan
faktor anak didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah
ini agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan terhindar dari al-fithratu
ghairus salimah.
Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah
keimanan yang tetap dibawanya sejak lahir itu, terus menerus mengokohkannya,
sehinggamati dalam keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak menjadi Yahudi,
Nashrani, Majusi ataupun agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.
Betapa pentingnya fungsi pendidikan dan
pengajaran di dalam menyelamatkan dan mengembangkan fitrah ini. Di pihak lain,
pendidikan dan pengaajaran juga berfungsi untuk mengembangkan potensi-potensi/
kekuatan-kekuatan yang ada pada diri anak agar ia bisa menjadi manusia yang
bermanfaat bagi dirinya maupun bagi pergaulan hidup di sekelilingnya, sesuai
dengan kedudukannya sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah Allah di muka bumi
ini.
C.
Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Menetapkan al-Qur’an dan hadits sebagai dasar
pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada
keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar
tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau
pengalaman kemanusiaan.
Secara Terminologis, Tujuan adalah arah,
haluan, jurusan, maksud. Atau tujuan
adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
yang melakukan sesuatu kegiatan. Menurut Zakiah Darajat dalam Ramayulis, tujuan
adalah “sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan
selesai.”[7]
Jadi tujuan pendidikan Islam dapat
didefinisikan sebagai sasaran yang akan
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan
Islam.
Sebagai bagian dari komponen kegiatan pendidikan,
keberadaan rumusan tujuan pendidikan memegang peranan sangat penting. Karena
memang tujuan berfungsi mengarahkan aktivitas, mendorong untuk bekerja, memberi
nilai dan membantu mencapai keberhasilan.
Pendidikan Islam bertugas mempertahankan, menanamkan,
dan mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai islami yang bersumber
dari kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang
yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan
untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara
cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri
memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian
manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,
akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu,
pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik,
aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara
individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke
arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada
perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi
kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.[22]
Menurut Omar Muhammad Attoumy Asy- Syaebani
dalam Muhammad Irwan Susilo, tujuan pendidikan islam memiliki empat ciri
pokok yakni :
1. Sifat yang
bercorak agama dan akhlak.
2. Sifat
kemenyeluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar atausubyek didik,
dan semua aspek perkambangan dalam masyrakat.
3. Sifat
keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara
pelaksanaanya
4. Sifat
realistis dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yangdikehendaki pada
tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan perseorangan
diantara individu, masyarakat dan
kebudayaan di mana-mana dan kesanggupanya untuk berubah dan berkembang bila
diperlukan.[8]
Pendidikan Islam bertugas di samping
menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai islami, juga
mengembangkan anak didik agar mampu melakukan pengamalan nilai-nilai itu secara
dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu Tuhan.
Hal ini berarti Pendidikan Islam secara optimal
harus mampu mendidik anak didik agar memiliki kedewasaan atau kematangan dalam
beriman, bertaqwa, dan mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh, sehingga
menjadi pemikir yang sekaligus pengamal ajaran Islam, yang dialogis terhadap
perkembangan kemajuan zaman.
Dengan kata lain, Pendidikan Islam harus mampu
menciptakan para “mujtahid” baru dalam bidang kehidupan duniawi-ukhrawi yang
berkesinambungan secara interaktif tanpa pengkotakan antara kedua bidang itu.
Jika pendidikan umum hanya ingin mencapai
kehidupan duniawi yang sejahtera baik dalam dimensi bernegara maupun
bermasyarakat maka Pendidikan Islam bercita-cita lebih jauh yang bernilai
transendental, bukan insindetal atau aksidental di dunia, yaitu kebahagiaan
hidup setelah mati. Jadi nilai-nilai yang hendak diwujudkan oleh pendidikan
Islam adalah berdimensi transendetal (melampaui wawsan hidup duniawi) sampai ke
ukhrawi dengan meletakkan cita-cita yang mengandung dimensi nilai duniawi
sebagai sarananya.
Oleh karena itu, pendidikan merupakan sarana
atau alat untuk merealisasikan tujuan hidup orang muslim secara universal maka
tujuan pendidikan Islam di seluruh dunia harus sama bagi semua umat Islam, yang
berbeda hanyalah sistem dan metodenya.
D.
Isi Pendidikan Islam
Berbicara mengenai isi pendidikan islam, tidak
dapat dilepaskan dari kajian tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh
pendidikan itu sendiri. Tujuan yang hendak dicapai yakni menjadikan muslim yang
paripurna.
Di awal penyebaran islam, para pendakwah islam
ingin masyarakat memeluk agama islam yang pada saat itu masyarakat mayoritas
memeluk agama lain. Isi pendidikan islam yang diajarkan untuk mencapai tujuan
tersebut adalah pokok-pokok aqidah islam dan ajaran islam yang mudah dipahami
dan dilaksanakan.
Dengan penyebaran islam yang begitu pesat, maka
para orang tua merasa perlu dengan adanya pendidikan agama islam untuk
anak-anaknya. Isi pendidikan dan pengajaran islam pada tingkat pemula meliputi:
Belajar membaca al-qur’an, Pelajaran dan praktek sholat dan pelajaran
Ketuhanan.
Pada tingkat pemula mempelajari al-qur’an agar
anak-anak dapat membaca alqur’an dan mengulangnya hingga dapat memahaminya.
Pada tingkat yang lebih tinggi diajarkan bahasa arab ushul fiqh dan fiqih.
Dengan munculnya sistem madrasah maka,
pendidikan islam dapat diselenggarakan secara formal sehingga lebih teratur dan
tersystem. Materi pendidikan islam
mencapai 12 macam ilmu, yaitu: Ilmu nahwu, Ilmu sharaf, Ilmu fiqih, Ilmu
tafsir, Ilmu tauhid,Ilmu hadits, Ilmu musthalah hadits, Ilmu mantiq, Ilmu
ma’ani, Ilmu bayan, Ilmu badi’ ,Ilmu ushul fiqh.
E.
Idiologi Pendidikan Islam
Konsep pendidikan islam secara normatif sarat
dengan nilai-nilai transendeltal ilahiah dan insaniah. Semua itu dapat di
wadahi dalam bingkai besar yang di sebut humanisme teosentris.
Implementasi ajaran ini dalam praktik kehidupan
dan pendidikan dapat fleksibel atau luwes, selama substansinya tetap
terpelihara, yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana
hakikat ajaran islam, sebagai agama fitrah,memang ditujukan untuk kebutuhan
manusia itu sendiri.
Sejak awal abad 20 sampai sekarang humanisme
merupakan konsep kemanusiaan yang sangat berharga karena konsep ini sepenuhnya
memihak pada manusia, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dan
memfasilitasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia untuk memelihara dan
menyempurnakan keberadaannya sebagai makhluk mulia.
Dalam kontek pendidikan islam dengan pancasila
sebagai ideology dan demokrasi sebagai jalan besar menuju kesuburan
nasionalisme pada masing-masing sector. Maka dalam pendidikan islam khususnya
lembaga pendidikan NU harus dikembangkan berdasarkan paradigma yang
berorientasi pada :
1.
Paradigma pendidikan islam
harus didasarkan pada filsafat teocentris dan antroprosentis
sekaligus.pendidikan islam yang ingin dikembangkan adalah pendidikan yang
menghilangkan atau tidak ada dikotomi antara ilmu dan agama, serta ilmu tidak
bebas nilai tetapi bebas dinilai. Selain itu, mengajarkan agama dengan bahasa
ilmu pengetahuan yang rasional tanpa meningkatkan sisi tradisional.
2.
Pendidikan islam mampu
mengembangkan keilmuan dan kemajuan kehidupan yang intregatif antara nilai
spiritual, moral dan material bagi kehidupan manusia.
3.
Pendidikan islam mampu
membangun kompotisi manusia dan mempersiapkan kehidupan yang lebih baik berupa
manusia demokratis, kompetetif, inovatif dan bermoral berdasarkan nilai-nilai
islam.
4.
Pendidikan Islam harus
disusun atas dasar kondisi linkungan masrarakat, baik kondisi masa kini maupun
kondisi masa yang akan datang, karena perubahan lingkungan merupakan tantangan
dan peluang yang harus diproses secara cepat dan tepat. Pendidikan islam yang
dikembangkan sulalu diorientasikan pada perubahan lingkungan, karena pendekatan
masa lalu hanya cocok bahkan sering kali menimbulkan problem yang dapat
memundurkan dunia pendidikan.
5.
Pembaruan pendidikan Islam
diupayakan untuk memberdayakan potensi umat yang disesuai dengan kebutuhan
kehidupan masyarakat modern tanpa meninggalkan khasanah klasik. System
pendidikan islam harus dikembangkan berdasarkan karakteristik masyarakat local
yang demokratisasi, memiliki kemampuan partisipasi social, menta’ati dan
menghargai supermasi hukum, menhargai hak asasi manusia, menghargai perbedaan
(pluralisme), memiliki kemampuan kopetensi dan kemampuan inovatif.
6.
Penyelenggaraan pendidikan
islam harus diubah bedasarkan pendidikan demokratis dan pendidikan yang
bersifat sentralistik baik dalam menejemen maupun dalam punyusunan kurikulum
harus disesuikan dengan tuntutan pendidikan demokratis dan desentralitik.
Pendidikan islam harus mampu mengembangkan kemampuan untuk berpartisipasi
didalam dunia kerja, mengembangkan sikap dan kemampuan inovatif serta
meningkatkan kualitas manusia.
7.
Pendidikan islam lebih
menekankan dan diorientasikan pada proses pembelajaran, diorganisir dalam
struktur yang lebih bersifat fleksibel, menghargai dan memperlakukan peserta
didik sebagai individu yang untuk situasi masa lalu dan sering tidak tepat jika
diterapkan pada kondisi berbeda memiliki potensi untuk berkembang, dan
diupayakan sebagai proses berkesinambungan serta senantiasa beriteraksi dengan
lingkungan.
8.
Pendidikan islam harus
diarahkan pada dua dimensi, yaitu “pertama, dimensi dialektika (horisotal)
yaitu pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan
manusia dalam hubungan lingkungan sosiol dan manusia harus mengatasi tantangan
dunia sekitarnya melalui pengembangan iptek, dan kedua, dimensi ketundukan
vertical,yaitu pendidikan selain sarana untuk memantapkan, memlihara sumberdaya
alam dan lingkungannya, juga memahami hubungannya dengan sang maha pencipta,
yaitu allah SWT “
9.
Pendidikan islam lebih
diorientasikan pada upaya” pendidikan sebagai proses pembebasan, pendidikan
sebagai proses pencerdasan, pendidikan menjunjung tinggi hak-hak manusia.
Penidikan menghasilkan tindakan perdamaian,pendidikan sebagai proses
pemberdayaan potensi manusia, pendidikan menjadikan anak berwawasan integatif,
pendidikan sebagai wahana membangun watak persatuan, pendidikan menghasilkan
manusia demokratis, pendidikan menghasilkan manusia perduli terhadap
lingkungan” , dan harus dibangun suatu pandangan bahwa ”sekolah bukan
satu-satunya instrument pendidikan”
Akan tetapi masyarakat dan semua tang
bersinggungan dalam keseharian kita merupakan instrumen pendidikan. Dengan
kesembilan poin dasar paradigma pedidikan islam ini, dapat kita simpulkan bahwa
islam sebagai sebuah system keyakinan akan mampu memberikan perubahan dan
kemajuan bangsa ini dari segala sector kehidupan tanpa harus mengorbankan
golongan lain dengan alasan islamisasi atau formalisasi syariat islam yang
telah nyata akan meruntuhkan kesatuan berbangsa dan bertanah air Indonesia.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pada uraian singkat makalah kami ini,
maka dapat ditarik poin-poin kesimpulan sebagai berikut :
1.
Pendidikan Islam adalah,
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri
manusia, tentang tempat- tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan
yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.
2.
Fungsi pendidikan islam yaitu
memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya insan yang ada pada subyek
didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma islam. Lebih
lanjut, fungsi pendidikan islam dapat ditinjau dari feomena yang muncul dalam
perkambangan peradaban manusia, dengan asumsi bahwa peradaban manusia
senantiasa tumbuh dan berkembang melalui pendidikan.
3.
Al-Qur’an dan hadits
merupakan dasar pendidikan Islam, hal ini merupakan kebenaran yang didasarkan
pada keimanan dan dapat diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam
sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sedangkan tujuan pendidikan Islam dapat
didefinisikan sebagai sasaran yang akan
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan
Islam.
4.
Mengenai isi pendidikan
islam, tidak dapat dilepaskan dari kajian tujuan pendidikan yang hendak dicapai
oleh pendidikan itu sendiri. Tujuan yang hendak dicapai yakni menjadikan muslim
yang paripurna.
5.
Idiologi pendidikan islam
secara normatif sarat dengan nilai-nilai transendeltal ilahiah dan insaniah.
Semua itu dapat di wadahi dalam bingkai besar yang di sebut idiologi humanisme
teosentris yang implementasi ajarannya adalah menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan sebagaimana hakikat ajaran islam, sebagai agama fitrah,memang
ditujukan untuk kebutuhan manusia itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
M, Ahmad Dimas. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Cirebon: Lentera Hati.
Maragustan. 2010. Mencetak Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna (Pendidikan Islam).
Yogyakarta: Muha Litera.
Muliono, Amran. 2007. Pendidikan Islam di Nusantara. Yogyakarta: Insan Kamil Press.
Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis & Praktis.
Jakarta: Ciputat Press.
Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. Ke-5. Jakarta: Kalang Mulia.
Susilo, Muhammad Irwan. 2002. Pendidikan Islam. Yogyakarta: Graha
Media Press.
[1] Amran Muliono, Pendidikan Islam di Nusantara (Yogyakarta: Insan Kamil Press,
2007), h. 6.
[2] Ahmad Dimas M, Ilmu Pendidikan Islam (Cirebon: Lentera Hati, 2003), h. 11
[3] Muhammad Irwan Susilo, Pendidikan Islam (Yogyakarta: Graha Media Press, 2002), h. 8
[4] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis & Praktis
(Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 25
[5] Maragustan, Mencetak Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna (Pendidikan Islam)
(Yogyakarta: Muha Litera, 2010), h. 22
[6] Samsul Nizar, ibid, h. 34
[7] Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam (Cet. Ke-5; Jakarta: Kalang Mulia, 2006), h. 133
[8] Muhammad Irwan Susilo, ibid, h. 24
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Makalah - Konsep Pendidikan Islam ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar