السلام عليكم ورحمةالله وبركاته!

Deal with the problem yourself and acknowledge existence of life, but do not let yourself be mastered. Let yourself aware of the situation of education in the form of patience, happiness, and understanding the meaning

Hadapilah masalah hidup dirimu dan akuilah keberadaannya, tetapi jangan biarkan dirimu dikuasainya. Biarkanlah dirimu menyadari adanya pendidikan situasi berupa kesabaran, kebahagiaan, dan pemahaman makna.

Selasa, 07 Februari 2017

Makalah - Ilmu Filsafat Menuju Pembentukan Wawasan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Wawasan berkaitan erat dengan penalaran, kemampuan penalaran manusia menyebabkan manusia mampu mengembangkan wawasan  yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya. Manusia satu-satunya mahluk yang mengembangkan wawasan secara sungguh-sungguh, Binatang hanya terbatas mempunyai wawasan untuk kelangsungan hidupnya saja.
Hakikat penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang berupa wawasan. Penalaran menghasilkan wawasan yang dikaitkan dengan kegiatan berfikir dan bukan karena perasaan.
Sebagai sebuah kegiatan berfikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri, pertama, logika , ialah suatu pola berfikir yang secara luas. Dengan pola yang bersifat Jamak. Kedua, ciri penalaran adalah bersifat analitik proses berfikir ( berfikir yang menyandarkan kepada suatu analisis dan kerangkaberfikir yang digunakan untuk analisis).
Berdasarkan uraian singkat diatas, maka penulis tertarik membahas mengenai pembentukan wawasan dalam persfektif filsafat ilmu.


B.     Rumusan Masalah
Dari paparan singkat pada poin sebelumnya, maka garis besar pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana defenisi filsafat ilmu?
2.      Bagaimana pembentukan wawasan dalam persfektif filsafat ilmu?
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1.      Defenisi filsafat ilmu.
2.      Pembentukan wawasan dalam persfektif filsafat ilmu.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Defenisi Filsafat Ilmu
Robert Ackermann dalam Hambali Suryo Saputro menyatakan bahwa “Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.”[1]
Hambali Suryo Saputro berpendapat  bahwa “Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai  dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.”[2]
Amsal Baktiar merumuskan  bahwa filsafat ilmu merupakan “cabang pengetahuan filsafat ilmu yang menelaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.”[3]
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistimologi maupun aksiologisnya.
Pergerakan yang dialami oleh wawasan sederhana menuju pada pembenaran ilmu pengetahuan sehingga menjadi ilmu pengetahuan diperlukan sebuah landasan dan proses sehingga ilmu pengetahuan (science atau sains) dapat dibangun. Landasan dan proses pembangunan wawasan itu merupakan sebuah penilaian (judgement) yang dilibatkan pada proses pembangunan ilmu pengetahuan.
Dalam pembentukan wawasan juga diperlukan beberapa tiang penyangga agar ilmu pengetahuan dapat menjadi sebuah paham yang mengandung makna universalitas. Beberapa tiang penyangga dalam pembentukan wawasan itu sebenarnya berupa penilaian yang terdiri dari ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Perlunya penilaian dalam pembentukan wawasan alasannya adalah agar pembenaran yang dilakukan terhadap wawasan dapat diterima sebagai pembenaran secara umum. Sampai sejauh ini, didunia akademik anutan pembenaran ilmu pengetahuan dilandaskan pada proses berpikir secara ilmiah. Oleh karena itu, proses berpikir di dunia ilmiah mempunyai cara-cara tersendiri sehingga dapat dijadikan pembeda dengan proses berpikir yang ada diluar dunia ilmiah. Dengan alasan itu berpikir ilmiah dalam ilmu pengetahuan harus mengikuti cara filsafat pengetahuan atau epistemologi, sementara dalam epistemologi dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah disebut filsafat ilmu.[4]
Wawasan adalah suatu bidang studi filsafat yang objek materinya adalah wawasan dalam berbagai jenis, bentuk dan sifatnya. Jadi meliputi pluralitas wawasan. Adapun objek formalnya berupa hakikat ilmu pengetahuan.

B.     Pembentukan Wawasan dalam Persfektif Filsafat Ilmu
Untuk dapat mengetahui Pembentukan wawasan melalui filsafat ilmu, ada  tiga cabang besar yang harus diketahui yaitu :
1.      Ontologi, membicarakan hakikat (segala sesuatu) ; ini berupa wawasan tentang hakikat segala sesuatu .
2.      Epistemologi, cara memperoleh wawasan.
3.      Aksiologi, membicarakan kegunaan wawasan yang diperoleh.
ONTOLOGI(TEORI HAKIKAT) meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang sejalan dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu adalah tentang apa dan bagaimana .
Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme dan pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhirnya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
EPISTEMOLOGI sebuah wawasan  meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik,
sehingga dikenal adanya model model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya.
AKSIOLOGI meliputi nilal nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik material.
Lebih dari itu nilai nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu kondisi yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
Dalam perkembangannya Filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan.
Beberapa ukuran nilai sebuah objek dalam tinjauan aksiologi diantaranya adalah :
1.      “Hedonisme : sesuatu dianggap baik jika mengandung kenikmatan bagi manusia (hedon)
2.      Vitalisme : baik buruknya ditentukan oleh ada tidaknya kekuatan hidup yang dikandung obyek-obyek yang dinilai, manusia yang kuat, ulet, cerdas adalah manusia yang baik.
3.      Utilitarisme : Yang baik adalah yang berguna, jumlah kenikmatan- jumlah penderitaan = nilai perbuatan
4.      Pragmatisma : Yang baik adalah yang berguna secara praktis dalam kehidupan, ukuran kebenaran suatu teori ialah kegunaan praktis teori itu, bukan dilihat secara teoritis.”[5]
Wawasan atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Ketika filsafat dihadapkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan, filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan bentuk metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.
Sedangkan kajian yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi hakekat (esensi) wawasan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar wawasan seperti; ontologi ilmu, epistimologi ilmu dan aksiologi ilmu.
Dari ketiga landasan tersebut bila dikaitkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan maka letak filsafat ilmu itu terletak pada ontologi dan epistimologinya. Ontologi disini titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas.
Manakala realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu humanoria. Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.
Objek Material filsafat ilmu Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut A.  Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua, yaitu :
1.      “Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.
2.      Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).”[6]

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian singkat makalah ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistimologi maupun aksiologisnya.
2.      Dalam proses pembentukan wawasan harus memperhatikan 3 komponen utama dalam fisafat yakni ontologi, epistimologi dan aksiologi. Ketiga Ontologi terkait dengan hakikat wawasan yang akan dibentuk, epistimologi membahas mengenai media atau sarana  proses pembentukan sebuah wawasan, dan aksiologi yang berhubungan dengan nilai yang terkandung pada sebuah wawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Baktiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dardiri, A. 1986. Filsafat & Logika. Jakarta: Rajawali Press.

Jamal, Yusuf. 2000. Membangun Wawasan Bangsa Indonesia. Solo: Rajawali Cendikia.

Kumala, Arniyati. 2002. Filsafat Ilmu (Tinjauan Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi). Surbaya: Algeri Press.

Saputro, Hambali Suryo. 2001. Filsafat Ilmu. Bandung: Mizan.


[1] Hambali Suryo Saputro, Filsafat Ilmu (Bandung: Mizan, 2001), h. 4
[2] ibid.
[3] Amsal Baktiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 6
[4] Yusuf Jamal, Membangun Wawasan Bangsa Indonesia (Solo: Rajawali Cendikia, 2000), h. 18
[5] Arniyati Kumala, Filsafat Ilmu (Tinjauan Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi) (Surbaya: Algeri Press, 2002), h. 32
[6] A. Dardiri, Filsafat & Logika (Jakarta: Rajawali Press, 1986), h. 31
Baca artikel menarik lainnya :
Judul : Makalah - Ilmu Filsafat Menuju Pembentukan Wawasan; Ditulis oleh Syarif; Rating: 5 dari 5
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Makalah - Ilmu Filsafat Menuju Pembentukan Wawasan ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belajar Blog dan SEO di trikmudahseo.blogspot.com - Support www.evafashionstore.com