السلام عليكم ورحمةالله وبركاته!

Deal with the problem yourself and acknowledge existence of life, but do not let yourself be mastered. Let yourself aware of the situation of education in the form of patience, happiness, and understanding the meaning

Hadapilah masalah hidup dirimu dan akuilah keberadaannya, tetapi jangan biarkan dirimu dikuasainya. Biarkanlah dirimu menyadari adanya pendidikan situasi berupa kesabaran, kebahagiaan, dan pemahaman makna.

Selasa, 07 Februari 2017

Makalah - Hakikat Filsafat

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Ketika mendengar istilah filsafat maka yang terbayangkan dalam benak pikiran adalah ibarat “monster” yang seram dimana kita akan kesulitan dalam mengerti, memahami, filsafat itu sendiri. Jika kita mau melihat sebenarnya filsafat merupakan lahir dari kehidupan sehari-hari dan kita melaluinya. Permasalahan yang berada dalam filsafat menyangkut pertanyaan, pertanyaan mengenai makna, kebenaran, dan hubungan yang logis antara ide-ide yang tidak dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan empiris.
Perkembangan zaman berlangsung begitu cepat. Masyarakat berjalan secara dinamis mengiringi perkembangan zaman tersebut.
Dari uraian singkat diatas, maka penulis tertarik membahas sebuah kajian terkait dengan hakikat filsafat yang penulis wujudkan dalam bentuk karya tulis berupa makalah yang berjudul “Hakikat Kefilsafatan.”
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan singkat diatas, maka yang menjadi fokus utama pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana pengertian filsafat?
2.      Bagaimana hakikat filsafat?
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1.      Pengertian filsafat.
2.      Hakikat filsafat.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat
Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu : “philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani: philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan pengalaman praktis, inteligensi).”[1]
Ada beberapa konsepsi mendasar mengenai filsafat yang mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.      Sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah
2.      Sikap sitematis berpangkal pada metode ilmiah
3.      Sikap analisis obyektif, etis dan falsafi atas landasan ilmiah
4.      Sikap konsisten dalam bangunan teori serta tindakan  ilmiah
Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat didasari oleh rasa keingin tahuan yang mendorong sesorang untuk mencari hakikat dan jawaban dari pertanyaaan yang timbul dari dalam dirinya.
B.     Hakikat Filsafat
Terkait dengan pembahasan mengenai hakikat filsafat, ada 3 sudut pandang yang dapat digunakan untuk menelaah hakikat filsafat, yakni :
1.      Ontologi
“Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani: On = being, dan logos = logic. Jadi Ontologi adalah The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan.”[2]
Menurut A. Dardiri, ontologi adalah “menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda di mana entitas dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (objek-objek fisis, hal universal, abstraksi) dapat dikatakan ada; dalam kerangka tradisional ontologi dianggap sebagai teori mengenai prinsip-prinsip umum dari hal ada, sedangkan dalam hal pemakaiannya akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ada.”[3]
Sementara itu, Sidi Gazalba mengatakan, “Ontologi mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan. Karena itu ia disebut ilmu hakikat, hakikat yang bergantung pada pengetahuan Dalam agama ontologi memikirkan tentang Tuhan.”[4]
Ontologi filsafat membicarakan hakikat filsafat, yaitu apa pengetahuan filsafat itu sebenarnya. Pembicaraan tentang hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat adalah realitas; realita adalah ke-real-an, Riil artinya kenyataan yang sebenarnya. Jadi hakikat adalah kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah.
Di dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan pokok pemikiran sebagai berikut :
a.       Monoisme; Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran yaitu :
1)      Materialisme; Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi, yang lainnya jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa atau ruh itu hanyalah merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara tertentu.
2)      Idealisme; Idealisme diambil dari kata “Idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan ruhani.
b.      Dualisme; Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari ruh, dan ruh bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini. Contoh yang paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.
c.       Pluralisme; Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata.
d.      Nihilisme; Nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada.Sebuah doktrin yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif.
e.       Agnostisisme; Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata Agnosticisme berasal dari bahasa Grik Agnostos yang berarti unknown. A artinya no, Gno artinya know.
2.      Epistimologi
“Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.”[5]
Epistemologi filsafat membicarakan tiga hal, yaitu objek filsafat (yaitu yang dipikirkan), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran (pengetahuan) filsafat.
a.       Objek Filsafat; Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya, yang terdalam. Isi setiap cabang filsafat ditentukan oleh objek apa yang diteliti (dipikirkan)-nya. Filsafat meneliti objek yang ada tetapi abstrak, adapun yang mungkin ada, sudah jelas abstrak, itu pun jika ada.
b.      Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat; Pertama-tama filosof harus membicarakan (mempertanggungjawabkan) cara mereka memperoleh pengetahuan filsafat. Sebelum mencari pengetahuan mereka membicarakan lebih dahulu (dan mempertanggungjawabkan) cara memperoleh pengetahuan tersebut. Manusia memperoleh pengetahuan dengan cara berfikir secara mendalam.
c.       Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat; Pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang logis tidak empiris. Pernyataan ini menjelaskan bahwa ukuran kebenaran filsafat ialah logis tidaknya pengetahuan itu. Bila logis benar, bila tidak logis, salah.
Kebenaran teori filsafat di tentukan oleh logis tidaknya teori itu. Ukuran logis tidaknya tersebut akan terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan (teori) itu. 
Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indera, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, diantaranya adalah :
a.       Metode Induktif; Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
b.      Metode Deduktif; Deduksi adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
c.       Metode Positivisme; Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia mengenyampingkan segala uraian/ persoalan diluar yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu, ia menolak metafisika.
d.      Metode Kontemplatif; Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. Pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini bisa diperoleh dengan cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh Al-Ghazali.
e.       Metode Dialektis; Dalam filsafat, dialekta mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat. Dalam kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk melakukan perdebatan.[6]
Metode-metode yang biasa digunakan untuk memperoleh pengetahuan terkristalisasi dalam beberapa aliran antara lain sebagai berikut:
a.       Aliran Empirisme; Aliran ini dipelopori John Locke, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan diperoleh melalui pengalaman langsung dengan cara mengobservasi obyek. Kalau kita ingin mengetahui tentang warna-warna, maka tak ada jalan lain kecuali harus dengan melihatnya dengan mata kepala.
b.      Aliran Rasionalisme; Aliran ini dipelopori oleh Spinoza dan Descartes memberikan penjelasan bahwa ilmu pengetahuan dapat diketahui melalui cara-cara berfikir deduktif.
c.       Aliran Fenomenalisme; Aliran ini dipelopori oleh Kant, yang berusaha mengidentifikasi aliran Empirisme dan Rasionalisme dan kemudian menyatakan bahwa ilmu pengetahuan bisa diperoleh dengan kedua cara itu, dengan memperhatikan jenis pengetahuan yang ada
d.      Aliran Intuisionisme; Aliran ini diperoleh oleh Bergson, menyatakan bahwa pengetahuan bisa diperoleh melalui intuisi dengan jalan kontemplasi. Sifat dari pengetahuan intuisi ini lebih halus, diperoleh secara cepat dan langsung tanpa media. Kelemahan dari metode ini adalah tidak dapat ditransformasikan maaupun diuji validitasnya.
3.      Aksiologi
“Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”.”[7]
Sedangkan arti aksiologi yang terdapat di dalam buku Jujun S. Suriasumantri dikemukakan bahwa aksiologi diartikan sebagai “teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.”[8]
Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and and).
Menurut Bramel dalam Jalaluddin dan Abdullah Edi, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, esthetic exppression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.
Dari definisi-definisi mengenai aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Makna “etika” dipakai dalam dua bentuk arti, pertama, etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Seperti ungkapan “saya pernah belajar etika”. Arti kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia yang lain. Seperti ungkapan “ia bersifat etis atau ia seorang yang jujur atau pembunuhan merupakan sesuatu yang tidak susila”.
Terdapat dua kategori dasar aksiologi :
a.       Objectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai keadaan objek yang dinilai.
b.      Subjectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian terdapat unsur intuisi (perasaan)
Penerapan ilmu pengetahuan yang telah dihasilkan oleh para ilmuwan, apakah itu berupa teknologi, maupun teori-teori emansipasi masyarakat dan sebagainya itu, mestilah memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, nilai agama, nilai adat dan sebagainya.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan singkat makalah penulis ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Filsafat didasari oleh rasa keingin tahuan yang mendorong sesorang untuk mencari hakikat dan jawaban dari pertanyaan yang timbul dari dalam dirinya.
2.      Hakikat filsafat adalah mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul berdasarkan pada aspek ontologi, epistimologi dan aksiologi.


DAFTAR PUSTAKA

CW, Lokisno. 2000. Pengantar Filsafat. Surabaya: UIN Sunan Ampel.

Dardiri, A. 1986, Filsafat & Logika. Jakarta: Rajawali Press.

Gazalba, Sidi. 1973. Sistematika Filsafat; Pengantar Kepada Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Bulan Bintang.

Muzairi. 2002. Ekstensialisme Jean Paul Sartre Sumur Tanpa Dasar Kebebasan Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Matril Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suryasumantri, Jujun S. 2000. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Tim Dosen Filsafat Ilmu. 1996. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.


[1] Lokisno CW, Pengantar Filsafat (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2000), h. 1
[2] A. Dardiri, Filsafat & Logika (Jakarta: Rajawali Press, 1986), h. 17
[3] ibid.
[4] Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat; Pengantar Kepada Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 106
[5] Muzairi, Ekstensialisme Jean Paul Sartre Sumur Tanpa Dasar Kebebasan Manusia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 131
[6] Tim Dosen Filsafat Ilmu, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty, 1996), h. 109
[7] Burhanuddin Salam, Logika Matril Filsafat Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 168
[8] Jujun S. Suryasumantri, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2000), h. 234
Baca artikel menarik lainnya :
Judul : Makalah - Hakikat Filsafat; Ditulis oleh Syarif; Rating: 5 dari 5
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Makalah - Hakikat Filsafat ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belajar Blog dan SEO di trikmudahseo.blogspot.com - Support www.evafashionstore.com